BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Dasar Pemikiran
Indonesia yang memiliki panjang pantai 81.000 km; 17.508
pulau; 5,8 juta km2 wilayah laut/perairan
yang dihuni oleh kekayaan biota perairan berupa lebih dari 2.000 jenis ikan;
850 jenis sponge, 910 jenis koral dan
4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia (Subiyanto dan Djohani, 2000)
merupakan wilayah pusat kekayaan biodiversitas dunia. Namun demikian, kondisi
riel dari perjalanan sosial-budaya bangsa Indonesia yang selama ini terlalu
mengarah ke wilayah darat, membawa dampak terhadap perilaku bangsa ini yang
cenderung memandang pesimis dalam memandang laut sebagai sumber kekuatan
pertumbuhan ekonomi baru Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi
kegiatan penangkapan ikan antara lain adalah Efisiensi dan optimalisasi penggunaan alat tangkap,
dan Potensi lestari ikan yang di tangkap. Sedangkan input produksi
yang paling berperan adalah bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Pada
umumya nelayan belum menggunakan kombinasi input yang sesuai sehingga operasi
penangkapan ikan dengan alat tangkap tidak efisien yang mengakibatkan
pendapatan nelayan kurang maksimal.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Alat Tangkap
1. Alat Tangkap
Kata “ trawl “
berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah
dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi
seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” ,
tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik
, maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari
yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja.
Gambar : Alat Tangkap Trawl
2. Sejarah Alat Tangkap
Jaring trawl yang
selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di
Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia
sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk ( tingkat )
percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang
Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an ( periode setelah proklamasi
kemerdekaan ). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula
dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah
naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh
YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
3. Prospektif Alat Tangkap
Perkembangan
teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main gear, auxillary gear dan
equipment lainnya. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth
swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut
jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan
beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan
attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain
perlengkapan.
4. Karakteristik
berdasarkan letak penarikan jaring yang dilakukan di kapal kita
mengenal adanya stern trawl, dimana jaring ditarik dari buritan ( dalam segi
operasionalnya ). Dimana banyak kapal trawl yang menggunakan cara ini, adapun
karakteristik dari stern trawl ini antara lain:
·
Stern trawl tidak seberapa dipengaruhi oleh angin dan gelombang
dalam pelepasan jaring, tidak memerlukan memutar letak kapal
·
Warp berada lurus pada garis haluan buritan sehingga tenaga trawl
winch dapat menghasilkan daya guna maksimal sehingga pekerjaan melepas/ menarik
dari jaring memerlukan waktu yang lebih sedikit, yang berarti waktu untuk
jaring berada dalam air ( operasi ) lebih banyak.
·
Trawl winch pada stern trawl terpelihara dari pengaruh angin dan
gelombang, dengan demikian dalam cuaca buruk sekalipun operasi masih dapat
dilakukan dengan mudah.
·
Pada stern trawl akibat dari screw current jaring akan segera
hanyu, demikian pula otter boat segera setelah dilepas akan terus membuka.
·
Karena letak akan searah dengan garis haluan- buritan, maka di
daerah fishing ground yang sempit sekalipun operasi masih mungkin dilakukan,
dengan perkataan lain posisi jaring sehubungan dengan gerakan kapal lebih mudah
diduga.
·
Pada stern trawl, pada waktu hauling ikan-ikan yang berada pada
cod end tidak menjadikan beban bagi seluruh jaring, karena cod end tersendiri
ditarik melalui slip way, dengan demikian jaring dapat terpelihara
5. Hasil Tangkapan
Yang menjadi
tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar ( bottom fish )
ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang ( shrimp trawl, double
ring shrimp trawl ) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut
jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, pe,
manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal,
layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya. Catch
yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang
kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.
2.3. Daerah Penangkapan
Didalam alat tangkap trawl yang
memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
·
Dasar fishing ground terdiri dari pasir,
Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
·
Kecepatan arus pada mid water tidak besar (
dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar.
·
Kondisi
cuaca,laut, ( arus, topan, gelombang, dan lain-lain ) memungkinkan keamanan
operasi.
·
Perubahan
milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan
lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus.
·
Perairan
mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah
6 Alat Bantu Penangkapan
Pada umumnya kapal-kapal trawl ini
digerakkan oleh diesel ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch,
sebagai tenaga penggerak ada yang menggunakan steam engine ( 45-75 HP ) bagi
stream trawl dan ada pula yang memakai motor dari 60-90 HP bagi diesel trawl.
Winch ini dihubungkan dengan warp, dan untuk mengontrol panjang warp dipasang
brake. Besar jaring yang dipakai
berbeda-beda, dan untuk menyatakan besar jaring dipakai penunjuk “ panjang dari
head rope “ yang biasanya dengan satuan feet atau meter.
7. Teknik Operasional ( Shooting & Hauling
)
1. Kecepatan/lama waktu menarik jarring
adalah ideal jika jaring dapat ditarik
dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita
dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring,
apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan ( bentuk terbukanya
), kekuatan kapal untuk menarik ( HP ), ketahanan air terhadap tahanan Air, resistance
yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah, dan lain
sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan
masing-masing menghendaki syarat tersendiri.